Aksi Simpatik Hari Perempuan Iinternasional |
8 maret disepakati sebagai Hari Perempuan Internasional,
mengapa internasional? Karena faktanya persoalan yang dihadapi oleh kaum
perempuan hampir sama diseluruh penjuru di dunia. Meski dengan kondisi social
dan ragam budaya yang berbeda, akan tetapi secara subtansi kaum perempuan di
banyak tempat masih mengalami ketidak adilan gender. Baik dalam bentuk
pembedaan perlakuan, kekerasan pisik dan non pisik, diskriminiasi secara
politik maupun ekonomi.
Demikian halnya di Jambi, selain masih tingginya kasus-kasus
kekerasan pisik, kecilnya peran perempuan dalam pengambilan keputusan public,
yang dapat kita lihat mulai dari tingkat RT dan seterusnya, salah satu
persoalan yang juga sangat krusial adalah telah tersingkirnya kaum perempuan
dari sumber-sumber penghidupannya, ketimpangan penguasaah lahan dapat dilihat
semakin meningkatnya industry di sector Sumber Daya Alam, ekspansi perkebunan
kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pertambangan.
Saat ini terdapat 1.358.619 Ha kelapa sawit dengan yang
dikuasai oleh 261 izin perusahaan, 600 Ha Hutan Tanaman Industri 1.100.000 Ha
izin pertambangan (Data Berada Perempuan tahun 2013 yang di olah dari berbagai
sumber). Artinya lebih dari separoh luas wilayah Provinsi Jambi (5,1 juta Ha)
merupakan areal konsesi perusahaan. Sejak dahulu kaum perempuan telah mengambil
peran penting dalam sector pertanian, baik untuk pengembangan tanaman pangan
maupun perkebunan (sebagai petani karet), kini sebagian besar telah menjadi
buruh perkebunan. Kehilangan hak atas tanah, terdesak untuk menjual tanah
garapannya ataupun tergoda menjadi mitra. Maka tepatlah sebutan ‘buruh di tanah
sendiri’. Tentu pada situasi seperti ini ancaman selanjutnya yang akan dihadapi
oleh buruh perkebunan yang moyoritas perempuan adalah dampak buruk penggunaan
pestisida, ketidak adilan upah kerja, kekerasan seks dan lainnya terlebih bagi
Buruh Harian Lepas (BHL) yang tidak mendapatkan hak jaminan keselamatan atas
diri dan pekerjaannya.
Rekruitmen tenaga buruh terhadap kaum perempuan menjadi
prioritas bagi banyak perusahaan mulai dari proses pembibitan, pemupukan dan
lainnya dengan stigma bahwa perempuan dianggap jauh lebih disiplin, tekun dan
sabar (atau mungkin tepatnya takut) terhadap intruksi mandor atau atasannya
diperkebunan. Dasar penilaian seperti ini merupakan proses awal dimulainya
ketidak adilan.
Seakan tiada habisnya, penyelesaian konflik lahan dengan
cara kekerasan kerap kali menyisakan penderitaan panjang bagi perempuan dan
anak-anak, seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di areal PT. Asiatic
Persada (berganti menjadi PT. Agro Mandiri Semesta) dengan meninggalknya
seorang petani (Pujiono), terjadinya penembakan, penggusuran dan bentuk
kesewenang-wenangan lainnya oleh pihak perusahaan dan TNI akan semakin
memperburuk keadaan kaum perempuan dan anak-anak disana, terlebih bagi keluarga
korban.
Untuk itu, memperingati Hari Perempuan Internasional 8 Maret
2014 Beranda Perempuan, AGRA, KORPRI PMII, INSPERA dan KPA hari ini melakukan
aksi simpatik, yang akan dilanjutkan besok pagi (Jam. 6.30 di depan kantor
gubernur) untuk kembali menyerukan :
1. STOP KETIDAK ADILAN TERHADAP KAUM PEREMPUAN!!!
2. STOP EKSPANSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, HTI DAN
PERTAMBANGAN!!!
3. SELESAIKAN KONFLIK LAHAN DENGAN CARA ADIL DAN
BERKEPRIMANUSIAAN!!!