![]() |
Dok. Beranda Perempuan |
Lorem ipsum eu usu assum liberavisse, ut munere praesent complectitur mea. Sit an option maiorum principes.
Januari 10, 2025
![]() |
Dok. Beranda Perempuan |
Januari 07, 2024
Mek Impun, Perempuan dari suku batin 9 Pangkalan Ranjau. Ia memiliki keahlian mencari ikan dengan mengunakan teknik Nube atau meracuni ikan dengan mengunakan akar jenuh. Proses yang dilakukan dengan mengeluarkan getah dari akar jenuh dan dialirkan ke air sehingga membuat mata ikan menjadi pedih. Setelah itu, beberapa menit kemudian ikan akan terapung ke atas permukaan sungai. Mencari Ikan Jamak dilakukan bagi perempuan SAD batin 9 namun, pengetahuan dan praktik ini nyaris hilang seiring dengan semakin berkurangnya akar jenuh karena alih fungsi hutan menjadi tanaman monokultur
Agustus 23, 2023
Rabu, 2 Agustus 2023, Beranda Perempuan bersama Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan Universitas Alberta mengadakan Forum Edukasi dengan Tema “Lives of Migrant Remittances (LOMR): An Asian Comparative Study”
Forum edukasi ini bertujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian “Kehidupan Remitansi Migran” yang dilakukan oleh Profesor Denise L. Spitzer bersama akademisi dan organisasi-organisasi migran akar rumput.
Pada Forum Edukasi tersebut terdapat tiga pembicara, pembicara pertama Hanindha Kristy merupakan Koordinator Program Beranda Migran dari Beranda Perempuan memaparkan tentang “Sekilas Pekerja Migran Indonesia”. Hanindha menjelaskan persebaran Pekerja Migran Indonesia (PMI), beberapa mitos terkait PMI, kondisi PMI, dampak dari adanya migrasi dan sistem migrasi. Pembicara yang kedua yaitu Prof. L Spitzer, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Alberta sekaligus pemimpin atau peneliti utama LOMR, memaparkan bahwa penelitian LOMR berlangsung selama kurang lebih lima tahun dengan 1,020 responden pekerja migran Indonesia dan Filipina, menemukan bahwa 88,7% pekerja migran mengirim remitansi setiap bulan dan remitansi berasal dari 50% gaji pekerja migran. Selanjutnya, pemanfaatan 80% dari remitansi digunakan untuk kebutuhan makan, 70% digunakan untuk biaya pendidikan dan hanya 1% yang menyatakan bisnis sebagai prioritas utama. Pembicara ketiga yaitu Bapak Dodi Wibowo, Dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa keamanan manusia sebagai pekerja migran merupakan bagian dari keamanan ekonomi, sehingga tujuan manusia bermigrasi untuk terpenuhinya keamanan ekonomi atas dirinya dan keluarganya tetapi kenyataan yang terjadi keamanan ekonomi pekerja migran masih terancam, dengan perhitungan gaji yang sebenarnya tidak cukup untuk biaya hidup pekerja migran itu sendiri dan keluarganya.
Selain itu, juga terdapat dua penanggap dari diskusi ini. Penanggap yang pertama yaitu Erwiana, purna migran yang sekarang tergabung dalam Jaringan Buruh Migran Indonesia Hong Kong dan Macau menceritakan pengalamannya sebagai pekerja migran Indonesia yang disiksa oleh majikannya dan bertahan demi dapat membantu keluarganya dengan mengirimkan remitansi. Sebelumnya Erwiana juga sebagai pengelola hasil remitansi karena Ibunya juga seorang mantan pekerja migran Indonesia. Penanggap yang kedua yaitu Fikri Rasendriya, mahasiswa aktif, merespon temuan bahwa 70% remitansi pekerja migran digunakan untuk membayar biaya pendidikan. Dia membenarkan bahwa biaya pendidikan di Indonesia sangat mahal dan ini pasti akan terus membebani pekerja migran yang rela bekerja di luar negeri selama bertahun-tahun demi menyekolahkan anaknya.
Peserta yang hadir pada forum edukasi ini kurang lebih berjumlah 33 peserta yang terdiri dari Akademisi, Advokat, Praktisi, Mahasiswa, Purna Migran dan perwakilan dari BP3MI DIY. Beberapa dari mahasiswa menyatakan tanggapan terkait sulitnya lapangan pekerjaan di Indonesia yang menyebabkan masyarakat Indonesia harus bermigrasi keluar negeri, BP3MI DIY juga menanggapi bahwa menurutnya kiriman remitansi pekerja migran menjadi pemasukan negara terbesar nomor dua setelah migas, BP3MI juga berkomitmen untuk membersamai pekerja migran.
Harapannya dengan adanya forum edukasi ini, Pemerintah, Akademisi, Advokat, Praktisi, Mahasiswa, Purna Migran dan masyarakat lainnya dapat bersinergi untuk mendukung pekerja migran Indonesia.
Agustus 23, 2023
Yogyakarta, 18 Maret 2023 - Beranda Migran bekerja sama dengan Talithakum Yogyakarta, Mitra Wacana dan Kulon Progone Hong Kong mengadakan Forum Speak Up dan Dialog dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2023 dengan tema ‘Perempuan Pekerja Migran dan Purna Pekerja Migran Berdaya’.
Forum Speak Up dan Dialog ini merupakan wadah untuk pekerja migran dan purna migran dalam menyuarakan tantangan-tantangan yang dialami selama bekerja di negara penempatan dan saat kembali ke tanah air. Forum ini dilaksanakan secara hybrid dan dihadiri oleh JBMI Hongkong & Macau, IFN Singapore, Gannas Community Taiwan, FPR Yogyakarta, Dinas Sosial DIY, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY, serta Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) DIY.
Dalam Forum speak up, Pekerja Migran dan Purna Migran menyampaikan aspirasinya. JBMI Hongkong dan Macau diwakili oleh Sringatin, memberikan kritikan keras terhadap pelaksanaan Undang-Undang No. 18 Tahun 2017 Tentang Pekerja Migran Indonesia yang mengatur terkait zero cost. Pada kenyataannya, PMI masih dibebani biaya penempatan yang berlebih menyebabkan PMI masuk ke jeratan hutang. Di sisi lain, sistem pengaduan sangat minim dan kurang tepat. Membutuhkan waktu yang panjang untuk melaporkan perkara ketidakadilan ke KJRI.
Kartika Puspita Sari, seorang pekerja sektor domestik migran juga menyampaikan testimoninya. Dia mengalami eksploitasi, penganiayaan, kekerasan, dan penyekapan dari majikan ketika bekerja di Hongkong selama lebih dari 2 tahun dari Juli 2010 sampai Oktober 2012. Kartika juga mengalami waktu kerja panjang, tidak digaji, tidak dapat hari libur, tidak dapat jaminan sosial, serta buruknya kondisi kerja dan tempat tinggal. Kartika meminta kepada Pemerintah agar memberikan perlindungan yang optimal bagi pekerja migran dimanapun ditempatkan.
Kulon Progone Hongkong (KPHK) merupakan paguyuban purna migran Hongkong yang diwakili oleh Iswanti dan Anggit, meminta kepada Pemerintah agar diberikan pelatihan keterampilan tanpa batasan waktu dan usia untuk mendirikan usaha sendiri, suatu usaha bersama dan bantuan dalam pemasaran produk dari usaha bersama tersebut. Iswanti (ketua KPHK) menegaskan bahwa tidak semua pekerja migran yang pulang ke Indonesia memiliki usaha mandiri dan mempunyai uang yang cukup, bahkan ada pekerja migran yang sudah puluhan tahun bekerja, namun tidak membawa hasil apapun ketika pulang. Uang hasil pekerja migran biasanya sudah habis untuk biaya renovasi rumah dan biaya sekolah anak dalam jangka 2-3 tahun pasca kepulangan mereka.
Aspirasi yang disampaikan oleh pekerja migran dan purna migran ditanggapi oleh lembaga pemerhati migran yaitu Beranda Migran dan Talithakum, serta instansi Pemerintah yaitu Dinsos DIY, BP3MI DIY, dan DP3AP2.
Erwiana mewakili Beranda Migran menjelaskan bahwa Beranda Migran fokus terhadap isu-isu perempuan migran mengkritisi tindakan kekerasan, perdagangan manusia, eksploitasi, dan sejumlah ketidakadilan lainnya, serta menilai bahwa sistem migrasi saat ini masih mahal dan tidak menjamin adanya kesejahteraan dan keamanan kerja. Kondisi kerja dan upah yang diterima oleh pekerja migran juga tidak manusiawi. Skema migrasi yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia dengan menyerahkan tanggung jawab penempatan dan perlindungan PMI kepada pihak swasta menjebak para PMI ke dalam jurang eksploitasi. Mulai dari calon PMI yang mengalami penahanan dokumen oleh PT, agensi, atau majikan sampai mereka selesai membayar biaya penempatan yang sangat mahal. Sistem yang menindas dan mengeksploitasi tersebut harus dilawan dengan solidaritas untuk menuntut tanggung jawab pemerintah dalam hal pemenuhan hak dan perlindungan bagi para pekerja migran.
Jaringan Talithakum diwakili Sr. Anastasia menegaskan diskriminasi terhadap perempuan merupakan dampak negatif dari budaya patriarki. Kondisi ekonomi yang sulit mengakibatkan kebanyakan perempuan memilih untuk menjadi pekerja migran. Perempuan pekerja migran rentan menjadi korban eksploitasi, sindikat narkoba, dan perdagangan manusia. Talithakum sebagai jaringan pemerhati migran berharap agar pemerintah mengusahakan keamanan, keadilan dan kesejahteraan bagi pekerja migran dan purna migran.
BP3MI DIY diwakili oleh Ulfa menilai Undang-Undang No. 18 Tahun 2017 Tentang PMI telah menjamin perlindungan pekerja migran mulai sebelum keberangkatan, penempatan hingga kepulangan ke Indonesia. Jaminan perlindungan dalam aspek sosial, ekonomi dan hukum. Ulfa menyampaikan bahwa BP2MI sedang mengusahakan pengimplementasian dari kebijakan zero cost. Demi perlindungan PMI, BP3MI mewajibkan pekerja migran berangkat melalui agensi. Agensi adalah institusi yang dipercayakan pemerintah untuk melindungi pekerja migran. Saat ini, Penempatan pekerja migran sedang diusahakan untuk berbasis satu data kependudukan melalui NIK demi mencegah praktik manipulasi. Verifikasi dan system filter dari basis data tersebut akan membantu penempatan pekerja migran sesuai prosedur. Ulfa menerangkan bahwa BP2MI hanya memiliki kewenangan untuk merekomendasikan kasus, sementara pencabutan izin dan pemberian sanksi adalah kewenangan dari Kementerian Ketenagakerjaan. BP2MI telah melakukan orientasi pra-pemberangkatan yang berisi perjanjian kerja, edukasi keuangan, pembentukan mental, prosedur pengaduan dan edukasi terkait budaya negara penempatan. BP3MI DIY juga membuka akses bagi NGO luar negeri untuk melakukan penelitian mengenai pekerja migran sebagai bentuk perhatian BP3MI kepada para pemerhati migran akar rumput. Menanggapi aspirasi purna migran paguyuban KPHK, Ulfa menyampaikan bahwa BP3MI menerima setiap masukan ada, namun perlu diketahui bahwa BP3MI memiliki keterbatasan anggaran dan setiap kebijakan didasarkan pada data agar memperoleh hasil yang efektif, efisien dan terukur.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak DIY (DP3AP2) membuka peluang bagi para pekerja migran untuk ikut serta dalam Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang bekerja sama dengan psikolog klinis Indonesia dan para konselor. Hera sebagai Kepala Bidang Penyejahteraan Keluarga mengingatkan bahwa kerjasama akan menjadi lebih efektif bila diikuti sinergi. Hera menyarankan pekerja migran agar membekali diri secara cukup terlebih dahulu sebelum kembali ke Indonesia, karena bantuan yang diberikan pemerintah Indonesia sangat terbatas.
Dinas Sosial DIY diwakili Widha Dessy menerangkan bahwa Dinas Sosial menangani masalah pekerja migran pada tahap pasca migrasi. Dinas sosial bekerjasama dengan Kementerian Sosial membuka pusat konseling. Dinas sosial sering menangani kasus yang sudah lama terjadi namun baru dilaporkan. Pada tahun 2023 dinas sosial melakukan pendampingan pekerja migran berbasis kunjungan bagi mereka yang membutuhkan konseling sosial. Dinas Sosial juga memiliki website bagi masyarakat yang ingin memeriksa data pendistribusian bantuan sosial (www.checkbansos.kemensos.go.id) dan call center yang bisa dihubungi oleh para pekerja migran. (admin dinas sosial : 089522884000)
Beranda Migran bergabung bersama perempuan pekerja migran, purna migran, dan pemerhati migran memperjuangkan kondisi kerja layak, upah layak, perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak dasar pekerja migran. Hari Perempuan Internasional adalah waktu yang tepat untuk menuntut keadilan dan meminta pertanggungjawaban atas kelalaian pemerintah dalam menjamin perlindungan PMI.
Beranda Migran berharap forum speak up dan dialog ini menjadi langkah awal bagi pekerja migran, purna pekerja migran, pemerhati pekerja migran, dan instansi pemerintah bersama-sama membangun sebuah support system yang solid untuk pekerja migran dan purna pekerja migran.
Agustus 21, 2023
Beranda Perempuan menggelar Panggung amal dan diskusi perempuan Jambi, membuka ruang diskusi para politisi perempuan agar suara-suara perempuan dapat diakomodir secara komprehensif dalam perhelatan politik yang akan berlangsung.
Terlepas dari kontestasi partai, upaya pemberdayaan dan pendampingan perempuan korban kekerasan harus menjadi prioritas banyak partai. sudah seharusnya partai menjadi wadah untuk menjawab permasalahan kelompok-kelompok rentan, seperti perempuan dan anak.
Dibutuhkan banyak politisi perempuan yang sadar bahwa kekuasaan adalah amanah untuk melindungi yang lemah. Kesanggupan untuk pembeli kepentingan pribadi, guna merasakan empati terhadap korban. jika tidak, perempuan yang dieksploitasi dan diperkosa menjadi tontotan paling barbar yang tidak pernah hilang di muka bumi ini. Ruang Diskusi itu akan diselenggarakan pada:
📥Hari/Tanggal: 19 Agustus 2023
⌚Waktu: 14:00
🏠Tempat: Beli Kopi, Taman Anggrek
Bersama :
👩Maria Magdalena (DPRD Kota Jambi Fraksi PDI-P)
👩Shinta Maharani (Ketua DPD BM PAN Tanjabtim )
👩Fenti Resmiaty (Bid. Perempuan Fraksi PKS)
Ruang diskusi ini direncanakan akan dilaksanakan secara bertahap dengan difasilitasi oleh praktisi, politisi, aktivis, dan orang-orang yang memiliki perjalanan panjang dalam bidangnya.
Kegiatan Ini merupakan upaya untuk mendukung korban redaman Beranda Perempuan melalui suara politik perempuan di Jambi.
Juli 24, 2023
Beranda Migran bersama dengan International Migrant Alliance (IMA) telah melaksanakan sebuah forum edukasi dengan tema 'Neoliberalisme dan Migrasi', dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada publik terkait gambaran migrasi dalam konteks neoliberalisme dan skema migrasi internasional dari pola migrasi untuk menetap (migrasi permanen) menjadi migrasi untuk sementara (migrasi sementara). Pendidikan ini penting bagi penggerak dan advokat migran dalam rangka memandu kerja pengorganisasian dan advokasi.
Dalam forum ini, Sarah Maramag, perwakilan IMA memaparkan tentang kebijakan migrasi skema global, migrasi di bawah sistem neoliberalisme saat ini, serta memposisikan Indonesia sebagai penyuplai tenaga kerja di konteks geo-politik, yang terus menerus mengirim jutaan pekerja migran ke negara-negara di kawasan Asia, Amerika, Eropa dan Afrika selama bertahun-tahun.
Bank Indonesia mencatat jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada tahun 2021 meningkat mencapai 3,25 juta, yang menempatkan Indonesia menjadi negara pengirim pekerja migran terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Filipina. Di tingkat global, Indonesia menjadi salah satu negara 'Juara' (champion country) dalam pelaksanaan Kesepakatan Global mengenai Migrasi Aman, Tertib, dan Teratur (KGM) atauGlobal Compact untuk Migrasi yang Aman, Tertib, dan Reguler (GCM).
Acara yang berlangsung di kantor Beranda Migran, Yogyakarta pada tanggal 17 Februari 2023 tersebut berlangsung selama lebih dari 6 jam secara intens. Setelah pembicara selesai presentasi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang membahas tentang alasan mengapa menjadi pekerja migran dan persoalan terkait kerentanan yang dialami oleh pekerja migran yang kemudian dipresentasikan kepada seluruh peserta forum dan ditanggapi oleh peserta lainnya dengan beragam perspektif.
Juli 24, 2023
Beranda Perempuan hadir dalam Pertemuan Global yang diselenggarakan oleh International Migrant Alliance (IMA) tanggal 30 November - 3 Desember 2022 di Bangkok, Thailand. Pertemuan Global ini merupakan pertemuan yang sangat penting bagi gerakan migran karena diadakan pada saat yang kritis yaitu masa pandemi covid-19 dengan tema “Perkuat barisan kita, perluas gerakan kita! Bersatulah dengan para pekerja, rakyat yang tertindas dan tereksploitasi untuk menghadapi krisis dan melawan imperialisme! Bangun sistem baru tanpa migrasi paksa dan komodifikasi para migran!”. Tema ini sesuai dengan kampanye yang dilakukan oleh IMA terkait isu-isu yang muncul atau meningkat selama pandemi (seperti kesehatan, bantuan, pekerjaan, dan keadilan) dan masih berlanjut di banyak negara.
Pertemuan Global dimulai dengan sambutan dari Antonio Arizaga, Wakil Presiden IMA Global dan Misun Woo, Koordinator Asia Pasific Forum on Women, Law and Development (APWLD). Antonio menekankan terkait dampak dari berbagai krisis imperialisme terhadap pekerja migran. Sementara, Misun menyampaikan harapan dalam gerakan buruh migran yang menjadi bahan perjuangan bersama.
Rangkaian kegiatan IMA 5th Global Assembly membahas tentang kondisi perempuan migran serta strategi dan tantangan dalam pengorganisasian di antara para perempuan migran. Beberapa pembahasan diskusi lainnya adalah bagaimana sebagian besar migrasi perempuan dilakukan secara paksa dan terpaksa, terutama didorong oleh sistem patriarki dan neoliberal yang mengeksploitasi perempuan untuk memaksimalkan keuntungan dan kekuasaan; kemudian, peningkatan jumlah perempuan migran menunjukkan bahwa yang dialami oleh perempuan bukanlah pemberdayaan melainkan eksploitasi, sehingga dalam diskusi ini mengajak para perempuan untuk bersatu dan membela hak-hak mereka sebagai bentuk pemberdayaan yang sesungguhnya. Selanjutnya, pemaparan tentang sejarah dan orientasi terhadap IMA serta presentasi dari berbagai wilayah mengenai hasil pertemuan regional yang telah dilakukan sebelumnya.
Beranda Perempuan mendukung upaya gerakan migran, masyarakat sipil, individu maupun semua organisasi untuk mengakhiri fenomena migrasi paksa yang menjebak perempuan migran dieksploitasi dan rentan mengalami kekerasan berbasis gender. Kini, Beranda Perempuan telah resmi menjadi anggota IMA.
Juli 24, 2023
Beranda Migran bersama dengan Magister Perdamaian dan Penyelesaian Konflik Universitas Gadjah Mada (MPRK UGM) telah melaksanakan diskusi dan nonton bareng dengan judul Nonton Film “Erwiana: Justice for All” & Diskusi Bersama tentang Keamanan Manusia Pekerja Migran Indonesia. Kegiatan ini merupakan awal kerjasama yang dilakukan oleh Beranda Perempuan dan MPRK UGM untuk memperluas pemahaman publik terhadap isu-isu terkait Pekerja Migran Indonesia dan sebagai inisiasi untuk penelitian, studi, dan tinjauan-tinjauan cendekiawan bersama.
Dalam diskusi ini, Hanindha Kristy, Koordinator Beranda Migran memaparkan tentang Siapa itu Migran dan Pekerja Migran Indonesia serta perkembangan situasi pekerja migran saat ini. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh Dody Wibowo, MA, Ph.D., dosen MPRK UGM yang menjelaskan tentang Keamanan Manusia sebagai panduan memahami film yang ditonton.
Acara yang berlangsung pada salah satu ruang sidang lantai 5 Sekolah Pascasarjana UGM pada tanggal 5 Oktober 2022 tersebut berlangsung selama lebih dari 3 jam, dengan acara utama yakni menonton bersama film “Erwiana: Justice for All” yang disutradarai oleh Gabriel Mckail dan berdurasi lebih dari 1 (satu) jam. Film ini cukup menggambarkan tentang kondisi Erwiana yang dieksploitasi dan mengalami penganiayaan oleh majikannya. Selain itu, film ini juga dapat memberikan pemahaman kepada penonton tentang kondisi pekerja migran yang sangat rentan di Hong Kong.
Erwiana Sulistyaningsih, mantan pekerja migran, korban dan survivor dari eksploitasi, hadir dan memberikan testimoni yang memperjelas bahwa apa yang terjadi pada dirinya dapat juga terjadi pada pekerja migran yang lainnya. Diskusi berjalan secara intens. Berbagai pertanyaan dan tanggapan dari peserta dengan beragam perspektif.
Momen ini memberikan kekuatan dan juga semangat kepada Beranda Perempuan dan MPRK UGM untuk dapat terus memberikan kontribusi terkait dengan keamanan manusia bagi para Pekerja Migran Indonesia. Acara ini pula diharapkan dapat memberikan gambaran lebih kepada para peserta terkait dengan Pekerja Migran dan isu apa saja yang mungkin dan pernah dihadapi oleh para Pekerja Migran Indonesia di luar negeri.
September 05, 2022
Februari 24, 2022
Selama 6 Hari, Para peserta difasilitasi oleh para narasumber feminist yang memiliki perspektif yang kuat dan berpengalaman. panitia memberi ruang cukup besar bagi peserta untuk sharing perspektif menggunakan aplikasi Miro board dan pada sesi diskusi kelompok.
Secara bergantian para narasumber menyuguhkan materi Feminist Leadership in Politic, Tranformatif Leadership, Understanding Privilege and Intersectionality, Communications advocacy and campaign Tools. pelatihan ini sangat partisipatif dan bermakna.
Oktober 11, 2021
Beranda perempuan
bersama ibu-ibu petani desa Pulau Raman memanen kacang dan jagung hasil
pertanian yang dikerjakan secara swadaya pada 2 Oktober lalu. Dua varietas
tanaman ini mendapat hasil yang cukup memuaskan. Sejak awal ibu-ibu petani
sudah dibekali dengan konsep penanaman tanpa menggunakan pestisida dan zat
kimia dalam bentuk apapun. Sebaliknya, panganan ini sejak awal diproses secara
organik dengan pupuk kompos yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan sampah
rumah tangga.
Meski harus dihadapkan
dengan kondisi banjir akibat curah hujan dan luapan sungai Batang Hari yang
membuat kami was-was, namun, hasilnya tidak mengecewakan. Para petani bersuka
cita memanen kacang dan jagung. Terlihat senyum sumringah dan gelak tawa saat
bersama-sama memanen. Hasil pertanian ini selain dibagikan kepada anggota
kelompok, juga dijual pada masyarakat luas guna membantu ekonomi kelompok
petani perempuan desa Pulau Raman, mendapat manfaat secara ekonomi serta
manfaat untuk tubuh lebih sehat.
Dalam prosesnya, mereka
mengenal prinsip kerja kolektif dan pembagian kerja, prinsip gotong-royong dan
mekanisme organisasi untuk memajukan kelompoknya dan masyarakat desa Pulau
Raman umunya. Selain itu, mereka juga selalu dibekali dengan pendidikan
keorganisasian sebagai ruang aman untuk meningkatkan kapasitas dan alat untuk
memperjuangkan hak-hak perempuan di desa.
Mei 23, 2021
Mei 23, 2021
Maret 30, 2021
Through trainings conducted by Beranda Perempuan with the support of NTFP-EP and PRSGF-GAGGA, the village members learned of the risks and dangers of using chemical pesticides and fertilizers in farming. They also have successfully organized two women’s groups from the upstream and downstream areas of the Batanghari River who participated in capacity-building activities focusing on environmentally friendly sustainable agriculture. They are also collectively managing their own demonstration plot. Five female leaders, who have the potential to be trainers, were able to harness their skills in making natural fertilizers.
Aside from building their capacity in eco-friendly sustainable agriculture, Beranda Perempuan are working with the women of Pulau Raman village in voicing out their demands and concerns to the regency government.
#GreenHerstory
#ChooseToChallenge
Maret 22, 2021
![]() |
photo by Wandy |
Hak atas bantuan hukum dan secara
luas akses terhadap keadilan merupakan hak konstitusional warga Negara yang
telah dijamin dalam UUD 1945. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa
“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum hanya dapat terwujud apabila setiap warga
negara memiliki hak sama untuk mendapatkan pembelaan baik di dalam maupun di
luar pengadilan. Ketidakmampuan ekonomi seseorang tidak boleh menyebabkan
mereka sendirian di dalam menghadapi masalah hukum.
Berdasarkan pengalaman Beranda
Perempuan bersama aliansi save Our Sisters, sebuah aliansi yang beranggotakan
para relawan advokat, seniman, akademisi dan peyintas. Jumlah advokat atau
pendamping korban kekerasan seksual tidak sebanding dengan jumlah korban
kekerasan yang jumlahnya terus meningkat. disamping harus mengeluarkan biaya
yang tidak kecil untuk jasa seorang advokat.
keterbatasan tersebut semakin
berat dialami tim Beranda Perempuan. Sebab mayoritas korban kekerasan seksual
melaporkan kasusnya, setelah didampingi oleh pemerintah dan kecewa dengan sikap
aparat hukum yang permisif terhadap beban trauma yang dialami korban sehingga beberapa
kasus berujung pada vonis bebas atau vonis ringan pelaku kekerasan seksual.
Meskipun saat ini, dengan adanya
UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, pemerintah telah mengalokasikan
anggaran bantuan hukum cuma-cuma bagi warga yang tidak mampu yang harus
dibuktikan dengan surat keterangan miskin, namun masih banyak kendala di
lapangan dalam implementasinya sehingga bantuan hukum belum berjalan efektif
menjangkau masyarakat miskin yang membutuhkan.
Dengan berbagai keterbatasan
tersebut, kehadiran paralegal menjadi sangat penting untuk mendampingi dan
membantu masyarakat miskin dan marjinal seperti kelompok korban kekerasan untuk
mendapatkan keadilan atas permasalahan hukum yang mereka hadapi atau
pelanggaran hak- haknya.
Tidak seperti advokat yang seringkali
membatasi diri bekerja di wilayah peradilan (litigasi), paralegal lebih mampu
berperan melakukan pendampingan dan kerja-kerja non litigasi seperti
pemberdayaan hukum terhadap kelompok-kelompok masyarakat sehingga masyarakat
mampu menyelesaikan permasalahan mereka dan berdaya untuk mengakses hak-haknya.
Hal ini pulalah yang
melatarbelakangi Beranda perempuan melaksanakan Pelatihan Pendampingan
Paralegal Korban Kekerasan bagi relawan dan korban kekerasan di Jambi untuk
saling bahu-membahu meringankan beban korban kekerasan. Bertempat di Grand
Hotel, kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan selama dua hari Rabu-Kamis,
tanggal 17-18 Maret 2021.
Kegiatan yang berisi materi
pembekalan paralegal ini diisi oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Mulai
dari ahli hukum, advokat, hingga pendamping korban kekerasan yang telah
menangani banyak kasus. Adapun materi yang disampaikan berupa pemahaman tentang
Sex dan Gender yang disampaikan oleh Zubaidah, Data monitoring dan pendampingan korban kekerasan oleh
LRC-KJHAM, peran paralegal terhadap korban kekerasan seksual oleh Muhammad
Syahlan Samosir S.H.,M.H, sistem peradilan pidana terpadu penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan oleh Sigit Somadiyono S.H.,M.H, dan Mike yang
menerangkan tentang pengalamannya sebagai komisioner komnas anak.
Acara ini diikuti oleh 20 peserta
dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari mahasiswa fakultas hukum, ibu
korban kekerasan, serta beberapa mahasiswa umum dari beberapa kampus di Jambi.
Antusiasme peserta terlihat dari awal kegiatan hingga akhir, terbukti semua
peserta sepakat untuk menjadi paralegal Beranda Perempuan yang akan membantu
berbagai kasus yang akan didampingi oleh Beranda. Selain pemberian materi,
kegiatan ini juga diramaikan dengan acara noton bersama film Impossible Dream,
games, drama kasus kekerasan, serta menari one billion rising.
Dalam penyampaiannya, Syahlan
Samosir seorang akademisi hukum sekaligus kepala divisi Peradi Jambi
menjelaskan, peran paralegal dalam kesehariannya membantu seorang advokat dalam
mempersiapkan kasus-kasus dalam rangka membela kepentingan mitra/kliennya. Ia
juga melakukan pemberdayaan hukum, pengorganisasian masyarakat serta advokasi.
Paralegal juga tidak terbatas pada orang-orang yang memiliki latar belakang
pendidikan hukum, namun, ian dituntut untuk memiliki pengetahuant tentang
hukum. Beberapa tahapan konsultasi seorang paralegal kepada korban berupa
mencatat identitas, mencatat permasalahan, menguatkan psikologis korban,
menanyakan keingin korban, menginformasikan aspek hukum pada korban,
menginformasikan kendala-kendala, membuat surat kuasa, serta melakukan
pendampingan korban.
Di akhir
sesi, Zubaidah, Direktur Beranda Perempuan menjelaskan berbagai bentuk kasus
kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini semakin marak dan beragam bentuknya.
Berbagai aturan hukum yang telah ada dinilai belum mampu memberikan efek jera
dan hukuman yang setimpal dengan kasus yang dilakukan. Ia menyampaikan
pentingnya upaya bersama untuk mensahkan rancangan undang-undang penghapusan
kekerasan seksual (RUU P-KS) sebagai jalan yang dapat memudahkan korban mencari
keadilan. Tak sampai disini, pasca pelatihan paralaegal ini, Beranda perempuan
akan terus berupaya membekali paralegalnya untuk memenuhi kapasitasnya.
Oktober 08, 2020
Bertempat di Desa Pulau Raman, Kecamatan Pemayung, Kabupaten
Batanghari, Kamis (1/10/20), Beranda Perempuan beserta kelompok tani perempuan
memanen hasil sayur jenis kangkung dan bayam. Kegiatan ini dilakukan di dua
tempat yang berbeda yaitu daerah hulu dan hilir desa.
Yang menarik dari kegiatan bercocok tanam ini adalah,
penanaman kali ini dilakukan tanpa pestisida dan pupuk kimia, alias sistem
pertanian organik. Tanah yang dijadikan lahan percontohan kelompok juga
merupakan lokasi yang belum pernah dijamah oleh bahan-bahan kimia sebelumnya.
Maka tak heran jika anggota kelompok sangat menantikan hasil panen dari
kegiatan bertanam sayur tersebut.
Menurut Khodijah, salah satu anggota kelompok tani
perempuan, kegiatan pertanian yang dilakukannya untuk penanaman sayuran ini
sangat mudah. Dimulai dari proses pembukaan lahan yang tidak memerlukan
pestisida untuk membasmi rumput, pemberian pupuk organik yang dapat dibuat
sendiri menggunakan bahan-bahan sekitar rumah sehingga biayanya sangat minim
atau bahkan tanpa memerlukan biaya sama sekali.
Khodijah mengatakan sangat mengapresiasi program yang
diinisiasi Beranda Perempuan. Program ini dapat menjadi pekerjaan baginya
untuk menambah pemasukan keluarganya dikarenakan musim hujan membuat sawah
miliknya dan beberapa anggota kelompok lainnya terendam banjir dan gagal panen.
“Sekarang kami punya kegiatan lain menanam sayuran di lahan
percontohan sambil menunggu air surut,”
kata Khadijah.
Dalam kegiatan tersebut, Bapak Sulaiman, selaku Kepala Desa
Pulau Raman mengatakan kegiatan ini
menambah pengetahuan bagi ibu-ibu petani tentang membuat pupuk organik
dimana bahanya sudah disediakan oleh alam. dan pentingnya perempuan juga aktif bergerak
membangun desa.
Direktur Beranda Perempuan, Zubaidah memproduksi sayur tanpa
asupan pestisida adalah bentuk kedaulatan perempuan untuk memastikan anak dan
keluarga dapat konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, kebiasaan ini harus
kembali dibangkitkan karena menghadapi pandemi anak-anak dan keluarga harus
meningkatkan sumber bergizi tanpa harus membeli. (Kjcom)
Oktober 08, 2020
![]() |
Ida Zubaidah, Beranda Perepuan dan Herlin, Relawam Save Our
Sister's
Pada kegiatan ini, anggota kelompok sangat menantikan
hasil dari olahan hasil panen mereka.
Pasalnya, penanaman kali ini dilakukan tanpa pestisida dan pupuk kimia. Tanah
yang dijadikan lahan percontohan kelompok juga merupakan lokasi yang belum
pernah dijamah oleh bahan-bahan kimia sebelumnya.
Menurut Khodijah, salah satu anggota kelompok, kegiatan
pertanian yang dilakukannya untuk penanaman sayuran ini sangat mudah. Dimulai
dari proses pembukaan lahan yang tidak memerlukan roundup untuk membasmi
rumput, pemberian pupuk organik yang dapat dibuat sendiri menggunakan
bahan-bahan sekitar rumah sehingga biayanya sangat minim atau bahkan tanpa
memerlukan biaya sama sekali.
Dalam kegiatan tersebut, Bapak Sulaiman, Selaku kepala Desa
Pulau Raman mengatakan kegiatan ini
menambah pengetahuan bagi ibu-ibu petani tentang membuat pupuk organik dimana
bahanya sudah disediakan oleh alam. dan pentingnya perempuan juga aktif
bergerak membangun desa.
Sumber: Jambidaili.com
Oktober 08, 2020
SUARA ketek terdengar samar dari daratan yang terletak di bibir Sungai Batanghari tersebut. Belasan perempuan berkumpul di petak kebun di Desa Pulau Raman, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari. Mereka memanen kangkung, yang mereka tanam sebulan lalu.
Itu adalah demonstrasi plot (demplot) yang difasilitasi
Yayasan Beranda Perempuan. Metode penyuluhan
langsung ini dilakukan untuk mendorong produktivitas dan hasil pertanian.
Ibu-ibu di Desa Pulau Raman jadi motor penggerak untuk mengembangkan pertanian di daerahnya. Terlihat wajah kebahagiaan di wajah ibu-ibu tersebut saat memanen tanaman sayuran itu.
Hari pertama panen di wilayah Hilir, hari kedua panen di
wilayah hulu. Tanaman tanpa pestisida itu mereka bagi-bagi hasilnya untuk
anggota kelompok. Rencananya untuk konsumsi keluarga.
Kata Direktur Beranda Perempuan, Zubaidah, kegiatan
yang berlangsung selama empat bulan itu dimulai dari diskusi kampung. Mereka
membahas peran perempuan dalam pengelolaan sayur tanpa pestisida.
"Di sini, kami melakukan pelatihan pembuatan pupuk alami dan pengembangan pertanian di desa," terangnya kepada Tribun di lokasi kegiatan, Rabu (30/9).
Para perempuan di desa ini dibentuk dalam dua kelompok. Hulu dan Hilir. Masing-masing kelompok dibina untuk mengembangkan pupuk alami yang hasilnya mereka uji pada tanaman yang menjadi demplot.
Selain kangkung, mereka juga mengembangkan pertanian pada bayam dan cabai. Ada sekitar 30 orang yang mengikuti kegiatan itu, dibatasi karena adanya pandemi Covid-19. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, 15 orang per kelompok.
Pendampingan Beranda Perempuan terhadap kaum hawa di Desa Pulau Raman bukan tanpa alasan. Minimnya sarana pendidikan menjadi satu di antara yang menggerakkan mereka untuk mendampingi.
Untuk sekolah di tingkat SLTA, lebih sulit lagi. Mereka harus menyeberang Sungai Batanghari dan bersekolah di Pijoan, Muarojambi. Atau, jika tidak ingin menyeberang, pilihan sekolah lain juga ada di Sengeti, Muarojambi.
lasannya, karena dua tempat itu yang paling dekat, jika tidak merantau untuk mencari pendidikan di tempat lain. Akses jalan yang sulit juga menjadi tantangan bagi mereka untuk mendapat pendidikan tinggi. Meski sudah ada di antara mereka yang bergelar sarjana, tapi itu hanya sebagian kecil. Mereka rata-rata mengenyam pendidikan hanya sampai SD atau SLTP.
Kondisi ekonomi juga menjadi penyebab sulitnya mereka mendapat pendidikan, selain fasilitas yang juga tidak memadai. Imbasnya, mereka yang putus sekolah, sebagian besar memilih menikah pada usia di bawah 19 tahun.
"Pendampingan pada perempuan petani selama ini, kami selalu beririsan dengan persoalan perkawinan usia anak dibawah 19 tahun. Situasi kemiskinan pada keluarga di desa berdampak multidimensi terhadap anak perempun. Baik putus sekolah, hingga hilangnya akses informasi terkait kesehatan reproduksi," jelas Zubaidah.
Meski begitu, peran perempuan di Desa Pulau Raman tidak bisa dipandang sebelah mata. Mayoritas mereka memilih bekerja di umo (sawah) atau ladang.
Mendongkrak pertanian di Desa Pulau Raman menjadi satu di antara cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain, kata Zubaidah, pendidikan juga yang mesti terus didorong untuk desa yang berpenduduk sekitar 1.200 jiwa itu. Hasilnya, masyarakat kini mulai bisa panen. Mereka membagi-bagikannya ke kampung. Kangkung yang mereka tanam pun lebih sehat karena, seperti yang disampaikan Zubaidah, tidak mengandung pestisida.
Sulaiman, Kepala Desa Pulau Raman mengatakan kegiatan ini menambah pengetahuan bagi ibu-ibu petani tentang membuat pupuk organik.
Bahannya sudah disediakan alam. Ia juga mendorong
perempuan untuk aktif bergerak membangun desa. (Mareza Sutan AJ)
Sumber: Tribun Jambi
Agustus 13, 2020
Yayasan Beranda
Perempuan mengadakan Workshop dengan tema “Kolaborasi Antar Pihak untuk
Mendukung Gerakan Pertanian yang Ramah Lingkungan Berbasis Komunitas
Perempuan”.
Acara yang di
selenggarakan pada tanggal 9 Agustus 2020 di Aula Kantor Desa Pulau Raman
berjalan dengan lancar dengan mengikutsertakan Petani Perempuan, Kepala Desa,
Sekretaris Desa, ketua BPD, dan Ketua Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Desa
Pulau Raman, serta perwakilan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten
Batanghari.
Zubaidah selaku
Direktur Yayasan Beranda Perempuan menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah ruang
bagi perempuan yang selama ini tidak pernah terlibat dalam program pertanian
maupun kegiatan di desa, sebagaimana kenyataan dilapangan dimana peran
perempuan mayoritas telah diwakilkan oleh laki-laki. Factor yang menyebabkan
keterbelakangan peran perempuan selama ini diantaranya adalah kemiskinan, dan
pendidikan yang rendah yang disebabkan oleh pernikahan dini, serta tidak adanya
akses untuk menjangkau jenjang pendidikan formal. Contonya di Desa Pulau Raman
pendidikan yang disediakan hanya sebatas pendidikan Sekolah Dasar (SD), untuk
melanjutkan ke jenjang selanjutnya, anak-anak desa harus menempuh perjalanan
keluar desa yang memakan waktu 1-2 jam perjalanan menggunakan kendaraan.
Pada bidang
pertanian, menurutnya masyarakat desa terkhusunya perempuan kurang
memaksimalkan potensi desa dan cenderung menggunakan bahan kimia sebagai solusi
awal untuk pertanian, padahal bahan pembuatan pupuk organik sendiri dapat
ditemukan dengan mudah di lingkungan desa. Zubaidah juga mengajak masyarakat
untuk pelan-pelan mulai mengurangi penggunaan bahan kimia dan berpindah ke
pupuk organik apalagi menurutnya zaman sekarang pemerintah memiliki banyak program-program
pertanian organik.
Sedangkan Firdaus
selaku perwakilan dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten
Batanghari, Menyampaikan bahwa bantuan pemerintah kabupaten terhadap petani
desa Pulau Raman selalu ada, namun bantuan yang diberikan hanya di alamatkan
kepada kelompok tani. Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura,
salah satu kelompok yang mendapatkan bantuan pertanian adalah Kelompok Wanita
Tani (KWT) Anggrek yang beranggotakan 25 orang. Namun KWT Anggrek sudah lama
tidak beroperasi dan anggota kelompok tidak menerima bantuan apapun selama
hampir dua tahun belakangan. Terkait hal tersebut Firdaus menjelaskan bahwa
kelompok yang tidak beroperasi dan tidak melaporkan kegiatannya tidak akan
mendapatkan bantuan lagi. Sehingga solusinya, beliau menyarankan untuk
mengaktifkan kembali dan memperbarui daftar anggota kelompok.
Pada sesi terakhir
dilakukan penandatanganan kesepakatan kerjasama antara Desa Pulau Raman yang
diwakilkan oleh Sekretaris Desa dan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kabupaten Batanghari, yang diwakilkan oleh Pak Firdaus, serta disaksikan oleh
Beranda Perempuan. Adapun isi kesepakatan tersebut adalah; 1) Pemerintah desa dan pemerintah kabupaten mendukung keberlanjutan
kelompok perempuan yang mengelola tanaman sayur tanpa pestisida dan bahan
kimia. 2) Dalam pelaksanaan musyawarah desa pengurus kelompok perempuan harus
dilibatkan, Pengurus kelompok perempuan terus bekerja sama untuk menjalankan program
pertanian, pendidikan pernikahan usia dini, pendidikan atau masalah yang selama
ini menjadi persoalan di desa tetapi belum menjadi program desa dengan bekerja
sama dengan instansi terkait. 3) Pemerintah desa memberi perhatian pada
perempuan keluarga miskin yang selama ini belum mendapatkan akses bantuan, informasi,
dan dukungan lainnya.
Setelah pendatangan kesepakatan kerjasama, acara yang di pandu oleh moderator Sawitri di tutup dengan foto bersama.
The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.
Go to Homepage
Social Footer