Beranda Perempuan, Aliansi Perempuan Merangin(APM), SERUNI UIN STS JAMBI, Ge Cinde, Walestra, Walhi, YKR, LTB, SSS Pundi Sumatera, GMKI, Perkumpulan Hijau,FMN |
8 Maret, Hari perempuan sedunia bermula dari aksi protes
15 ribu buruh perempuan di New York, Amerika Serikat tahun 1908 untuk menuntut kenaikan upah, pengurangan jam
kerja dan hak untuk memilih.
Gerakan tersebut kemudian
bergulir menjadi momen bagi perempuan di indonesia untuk memperjuangkan
hak-hak normatif perempuan termasuk juga meyoroti kegagalan negara dalam melindungi perempuan dari ancaman kekerasan
seksual.
Di Jambi, Nyala perjuangan Mahasiswi yang tergabung dalam
Save Our Sister’s meyuarakan kerentanan mahasiswi menjadi korban pelecehan
seksual. Berdasarkan data Beranda Perempuan melalui peyebaran angket di empat
kampus; Universitas Jambi, Universitas Islam Negeri Sultan thaha Jambi, STISIP
Nurdin Hamzah, Universitas Batanghari (UNBARI) 7 dari 100 mahasiswi pernah
mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh dosen. Sementara itu 13 dari 100 mahasiswi pernah
mengalami tindakan pelecehan seksual.
Salahsatu faktor peyebab kerentanan mahasiswi karena saat
ini kampus belum memiliki sistem penanganan dan perlindungan korban meliputi
kode etik dan Standar operasional prosuder
(SOP) yang dapat mengatur dan menindak tegas pelaku pelecehan seksual
dari kalangan akademisi.
Sementara itu,negara juga melakukan pembiaran pada saat
pelanggaran HAM dilakukan oleh perusahaan Sawit. Selain konflik lahan yang tak
pernah usai, sekitar 60% menjadi buruh harian lepas, tenaga mereka
dieksploitasi dengan upah yang rendah
tanpa perlindungan selama bekerja, Terpapar bahaya pestisida dan tidak
mendapatkan jaminan sosial, cuti haid, cuti hamil dan melahirkan (Yayasan
Keadilan Rakyat).
Komoditas sawit yang rakus air menjadi peyebab
mengeringnya sawah atau dikenal umo yang selama ini dikelola mayoritas
perempuan. terlebih pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan lahan sesuai
dengan kearifan lokal tidak pernah
diakui dalam setiap pengambilan keputusan meyangkut program pengelolaan lahan.
Di pedesaan yang dikepung industri ekstraktif misalnya
sawit dan HTI, Kemiskinan menjadi wajah yang sering tampak akibat menurunya
sumber penghidupan dari atas lahan.
meyebabkan para orangtua semakin sulit meyekolahkan anak-anak mereka,
akses kesehatan reproduksi terbatas, perempuan terjebak dalam pernikahan dini,
karena orangtua tidak punya pilihan bagaimana melepaskan beban keluarga yang
makin hari terhimpit kemiskinan.
Atas dasar persoalan tersebut, kami Save Our Sister’s
merupakan aliansi dari berbagai macam organisasi perempuan dan lingkungan
mendesak beberapa hal;
Tuntutan
1. Terapkan
Sangsi tegas terhadap dosen yang melakukan pelecehan seksual
2. Fasilitasi
WC yang aman bagi Perempuan di Kampus
3. Sahkan
RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
4. Berikan
cuti haid, cuti hamil dan melahirkan bagi buruh perempuan di perkebunan sawit
5. Naikkan
Upah dan Perbaiki Kondisi Kerja buruh perempuan di Perkebunan Sawit
6. Libatkan
perempuan dalam pengambilan keputusan meyangkut Program pengelolaan sumber daya
alam
Cece (Santi)
Koordinator Lapangan