Katanya WTO atau World Trade Organization telah menjawab
segala permasalahan yang ada di masyarakat menurut pemerintah.
Sekarang permasalahan yang mana yang telah selesai. Petani
yang paling merasakan dampak dari semua permasalahan yang katanya telah selesai
dengan adanya WTO. Mana dan dimana solusinya? yang terjadi malah banyaknya
persoalan yang harus dihadapi petani mulai dari keterbatasan lahan pertanian,
alat produksi, hasil tidak maksimal, pasar yang terus menekan penghasilan
petani, dan petani perempuan kehilangan akses atas tanah, alat produksi maupun
sumber kehidupannya. Perempuan tersingkir dari lahan pertanian membuat mereka
memilih atau terpaksa memilih menjadi buruh dengan upah rendah karena
keterbatasan pendidikan dan keterampilan.
Ini semua terjadi di Negara Agraris katanya, pemerintah juga
tidak perna mengeluarkan kebijakan yang benar-benar untuk petani, kebijakan
yang ada hanya menguntungkan pihak asing yang berada di belakang pemerintahan
kita. Mulai dengan adanya kelompok tani yang hanya di jadikan sebagai
distributor perusahaan pupuk dan pestisida serta bibit yang di berikan oleh
pemerintah dengan alih-alih subsidi pemerintah. Kenyataan yang terjadi adalah
penggunaan bibit subsidi atau bibit transgenic tidak sesuai dengan kebutuhan
daerah atau iklim wilayah petani tersebut yang membuat petani bergantung dengan
penggunaan bahan kimia pupuk dan pestisida dari subsidi pemerintah. Dengan
adanya bibit subsidi membuat bibit local tidak lagi digunakan petani, serta
penggunaan pupuk ramah lingkungan pun akan hilang.
Kemajuan zaman membuat perempuan terpinggirkan dari lahan
pertanian sebagai penjaga dan penerus pengetahuan tradisional, serta secara
sistematis terabaikan oleh modernisasi teknologi. Ini akan membuat krisis
pangan yang melanda Indonesia. Lalu apa sebenarnya kepentingan dan peran WTO
atas persoalan yang dihadapi perempuan petani. Yang terjadi adalah monopoli
perdagangan yang tidak berkeadilan, menguasai alat produksi dan pasar. WTO
menghilangkan pengetahuan, pengalaman perempuan dalam mengelola pertanian,
tidak membantu kesejahterahan perempuan dalam ekonomi dan pasar, dan
mengabaikan pengetahuan perempuan dalam bidang obat-obatan tradisional.
Oleh : Molly M