Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan kodrat Tuhan

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image

Rabu, 08 Juli 2020

Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan kodrat Tuhan




Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan kodrat Tuhan. Konsep gender sendiri harus dibedakan antara kata gender dan kata seks (jenis kelamin). Perbedaan jenis kelaminantara laki-laki dan perempuan adalah kodrat Tuhan karena secara permanen tidak  berubah dan merupakan ketentuan biologis. Sedangkan gender adalah perbedaaan tingkah laku antara laki-laki dan perempuan yang secara sosial dibentuk.Perbedaan yang bukan kodrat ini diciptakan melalui proses sosial dan budaya yang panjang. gender dapat berubah dari individu ke individu yang lain, dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, bahkandari kelas sosial yang satu ke kelas sosial yang lain.genderSementara jenis kelamin yang biologis akan tetap dan tidak berubah. Gender tidak bersifat biologis, melainkan dikontruksikan secara sosial. Karena gender tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender dapat berubah.gender adalah nilai yangdikonstruksi oleh masyarakat setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan tidak bisa lagi diganti.Jadi, kesetaraan gender adalah suatu keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama-sama menikmati status, kondisi, atau kedudukan yang setara, sehingga terwujud secara penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan di segala aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara.

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender
Marginalisasi (peminggiran) : Peminggiran terjadi dengan adanya asumsi perempuan lebih tidak mampu melakukan pekerjaan formal dibanding laki-laki.
Subordinasi (penomorduaan): Perempuan dianggap lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan ditempatkan menjadi nomor dua setelah laki-laki
Stereotip (citra buruk) : Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya. Anehnya perlakuan ini juga dilakukan oleh sebagian besar kaum perempuan terhadap kaumnya sendiri.
Violence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis. Perempuan adalah pihak paling rentan mengalami kekerasan. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan paling banyak dialami perempuan.
Beban ganda (double burden)
Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen.Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja diwilayah public, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestic. Juga nama baik keluarg lebih banyak dibebankan di pundak perempuan.

Di bawah ini merupakan gambaran ketidaksetaraan gender yang diperoleh dari Indonesia.

Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, memilih kebijakan bahwa perempuan dijadikan objek utama akseptor. Hal ini tampak dari alat kontrasepsi untu perempuan daripada laki-laki.
Hasil pekerjaan domestik, seperti mengasuh anak, menyiapkan makanan, mengelola rumah, memelihara kesehatan keluarga, tidak dianggap sebagai pekerjaan produktif.
Haid merupakan kodrat perempuan. Tetapi haid itu justru dianggap kotor  sehinggaperempuan tidak boleh memimpin agama.
Pernyataan politik bahwa perempuan dinyatakan sebagai pencari penghasilan tambahan, ternyata dalam pelaksanaanya menghalalkan gaji yang lebih rendah, daripada yang diterima laki-laki.
Di bidang pendidikan, kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki. Kondisi ini antara lain disebabkan adanya pandangan dalam masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan laki-laki untuk mendapatkan pendidikan daripada perempuan.
Padahal pada dasarnya perempuan juga mempunyai hak-hak untuk megaktualisasikan diri mereka.Hal seperti ini juga sudah dipaparkan dari berbagai sisi agama. Namun sayangnya, banyak  laki-laki dan perempuan yang masih belum menyadari akan hal ini. Sehingga budaya patriarki seolah-olah adalah harga mati untuk meminggirkan peran wanita.

Perbedaan gender timbul akibat budaya patriarki yang melekat dalam sistem social masyarakat.Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan.

budaya patriarki di Indonesia sangatlah kuat pengaruhnya, maka pria yang melakukan budaya semacam ini akan berpengaruh secara mutlak di keluarga. Pria lah yang berhak mengambil keputusan ketika ada masalah dan pria jugalah yang menuntukan iya atau tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh keluarganya itu boleh dilakukan atau tidak. Hal ini jugalah yang menghambat kaum wanita untuk berkembang karena mereka akan merasa menjadi orang yang tidak berguna karena bisanya hanya tinggal di rumah dan mengurus urusan rumah tangga saja. budaya patriarki sangatlah sulit diperdebatkan karena sangat tertanam dan sifatnya sudah turun temurun.  Idea bahwa “tugas pria untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga” dimana menjadi pemimpin yang harus mengurus semua dan mengambil keputusan sangatlah tertanam dan diakui serta disahkan sehingga “style/ sistem partnership” dalam rumah tangga sangatlah tidak diakui disini. Alhasil apapun pendapat/ input dari pihak perempuan, tidak didengar maupun dihargai.

Dampak lain dari budaya patriarki di Indonesia adalah jika sang suami bukanlah orang yang bisa diandalkan dan maunya menang sendiri, pria semacam ini akan menyengsarakan keluarganya dan mereka tidak akan bisa membuat keluarganya bahagia. Karena itu sistem patriarki hanya bisa dilakukan secara sempurna oleh pria yang baik dan bertanggung jawab dan bukan pria yang ecek-ecek yang bisanya hanya santai-santai dan bermain kesana kemari yang tidak tentu arahnya kemana.efek posifnya pula budaya patriarki di Indonesia bagi sekelompok orang. Budaya ini akan membuat pria sadar bahwa dirinya harus bertanggung jawab penuh untuk mengayomi keluarganya sehingga dia pastinya tidak ingin ada keluarganya yang menderita.

Dalam kehidupan berbudaya, manusia menciptakan berbagai aturan main untuk mengatur hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.Agama merupakan salah satu wujud dari kebudayaan manusia. Seperti hasil budaya yang lain, agama dikembangkan berdasarkan pola berpikir yang sudah ada dalam masyarakat. Ideologi gender juga mewarnai munculnya agama-agama dan perkembangannya.

Dalam tradisi hindhu misalnya, tidak mengakuki bahwa kehidupan religius hanya bersumber pada kitab suci saja.Ada pula ajaran-ajaran yang diperoleh dari tradisi lisan dan praktik ritus.Dalam ajaran ini, perempuan dikaitkan dengan status sosial.Perempuan dilihat sebagai pemberi keberuntungan karena meraka haid.Menjadi istri, dan melahirkan anak.Perempuan ideal “sati”, yaitu perempuan yang menikah dan berkorban untuk menyelamatkan suami.Dengan demikian, perempuan tidak pernah mandiri, karena sebagai perempuan ideal mereka dibebani tugas yang sangat berat.Ini menghalangi hak-hak perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya.

Dalam agama budha, perempuan dianggap kotor, dituduh sebagai penggoda laki-laki yang ingin menjadi suci.Sekularisasi dalam Budha, telah mengubah aturan-aturan beragama, tidak hanya dalam prinsipnya tetapi juaga dalam kehidupan bermasyarakat. Perempuan tidak boleh:

Brahma/ dewa pencipta/ dewa tertinggi.
Dewa pelindung kaum Budha.
Mara/ setan penghancur kehidupan dan kemauan manusia.
Raja dari 4 penjuru (utara, barat, selatan, timur).
Contoh lain dapat dipelajari dari agama Yahudi, yang tradisinya kemudian diteruskan oleh agama Kristen dan Katolik. Dalam perikopa, “manusia jatuh ke dalam dosa”, status perempuan dijadikan subjek penyebab dosa.Sehingga perempuan dihukum dengan kesakitan saat melahirkan. Kitab kejadian ini, kemudian diikuti oleh kitab-kitab yang lain, seperti Amsal 31;10-31 yang memuat ajaran bagaimana istri yang sempurna. Kitab imamat 15: 19-24 mengatur bagaimana perempuan berperilaku selama menstruasi yang dianggap sebagai masa kotor dan najis. Beberapa perikopa dalam kitab suci, ditafsirkan oleh Bapa Gereja dengan sangat memojokkan perempuan.Misalnya perempuan tidak diberi hak berbicara pada saat pertemuan jemaat.

Dalam ajaran islam, ada beberapa hadist yang menggambarkan posisi perempuan di mata laki-laki. Misalnya dalam sabda Nabi  Muhammad yang berbunyi :

“ Wanita yang terbaik ialah wanita yang menarik hatimu bila kau pandang, dan taat bila kau perintah, dan tahu menjaga kehormatannya bila kau sedang pergi dan berhati-hati menjaga hartamu” ( HR. Thabrani).

Selain hadist tersebut, juga ada ayat dalam Al-Qur’an yang seolah memandang perempuan tidak bisa memimpin. Dalam Al-Qur’an (Surat An-Nisa’ ayat 34) disebutkan :

“ Laki-laki itu menjadi pemimpin bagi wanita, karena Allah telah memberikan kelebihan sebagian dari yang lain, dan karena laki-laki (suami) telah menafkahkan sebagian dari hartanya” (QS. An-Nisa’ : 24).

Padahal pada dasarnya perempuan juga mempunyai hak-hak untuk megaktualisasikan diri mereka.Hal seperti ini juga sudah dipaparkan dari berbagai sisi agama. Namun sayangnya, banyak  laki-laki dan perempuan yang masih belum menyadari akan hal ini. Sehingga budaya patriarki seolah-olah adalah harga mati untuk meminggirkan peran wanita

Berikut ini adalah beberapa hak-hak perempuan yang telah dipaparkan dari berbagai segi agama.

Dalam agama islam kedudukan wanita bisa dikatakan lebih tinggi karena memiliki rahim. Wanita lebih banyak keunggulannya, seperti yang dikatakan oleh ayat berikut:

Al-Qur’an mengatakan: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan pasangannya, dan dari keduanyaAllah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan(Talirahim).
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa pria dan wanita dalam Islam setara secara intrinsik dalam peristiwa penciptaan , dan secara ekstrinsik dalam hubungan mereka satu sama lain maupun kewajiban-kewajiban mereka terhadap Tuhan. Al-Qur’an seakan lebih meninggikan perempuan karena ia menyebutkan rahim di akhir ayat ini, tentu sebagai penghormatan atas peran mereka sebagai ibu. Dalam islam juga telah diajarkan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan adalah setara di hadapanNya.

Dalam agama Hidhu juga telah disebutkan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.Selain Dewi Saraswati, Hindu juga memuja simbol-simbol Tuhan dalam wujud perempuan, seperti Dewi Lakshmi, Parwati, dan Savitri. Dalam pengertian ini teologi Hindu memandang bahwa perwujudan perempuan sebagai suatu eksistensi yang suci muncul dari pengertian Shakti.Shakti dimaknai dalam metafisika Hindu sebagai unsur atau aspek feminin dari Brahman atau Tuhan.Shakti atau kekuatan feminin dari Tuhan merupakan faktor penting dalam harmonisasi alam semesta.Dari pengertian ini, sesungguhnya Veda memandang perempuan sebagai sosok yang vital, sebagai pengampu pengetahuan, dan subjek yang patut untuk dihormati.

Dalam agama budha, sempat pernah ada pernyataan bahwa perempuan tidak boleh menjadi Budha. Itu artinya mereka tidak dapat diselamatkan. Ajaran ini sangat bertentangan dengan ajaran Budha sejati, bahwa semua manusia dapat mencapai Budha ( Nunuk Murniarti, 2004:8). Bahkan dalam Budha juga memperbolehkan seorang perempuan untuk menjadi seorang bhiksuni.

Dalam agama Katolik, mengangkat Maria, yakni ibunda Yesus sebagai simbol perempuan dan memasukkan dalam tradisis Katolik. Dalam sudut pandang kitab suci, dimunculkan tafsir dari pilihan perikop tertentu, yang menunjukkan bahwa Bunda Maria berperan aktif dalam pewartaan kasih.

Dalam agama Kristen, sekurangnya dua kali dalam tamsil-tamsil Yesus, digunakan figur seorang perempuan yang patut diteladani iman dan kesungguhan hatinya, yaitu perempuan yang gigih membela perkaranya terhadap seorang hakim yang tidak adil (Lukas 18: 2-8) dan perempuan yang mencari mata uang yang hilang (Lukas 15:8-10).

Isa Almasih a.s. tidak pernah mengucapkan kata-kata yang eksplisit atau implisit mendukung pandangan bahwa wanita lebih rendah derajatnya dari kaum lelaki. Kaum perempuan selalu dihormati dalam ajaran Beliau dan mereka tidak pernah direndahkan — fakta ini patut diperhatikan dan diikuti oleh para pengkhotbah moderen jaman ini. Dalam gereja sekarang, perempuan acap kali dijadikan obyek olok-olok, pada hal kelakuan demikian tidak pernah dilakukan oleh Almasih a.s. sendiri.

Seorang tokoh muslimah Indonesia Zakiyah Derajat memandang bahwa sebagaimana laki-laki bisa bekerja diluar rumah, maka wanita pun mempunyai kesempatan untuk ikut bekerja dan berkarier. Beliau mendasari pendapatnya pada Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97 :

Artinya :  “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari pada yang mereka kerjakan”. (Anonim, 1989: 417)

Menurut beliau : Dengan semua lapangan kerja yang cocok dengan kodratnya wanita juga dituntut aktif bekerja, wanita tidaklah berpangku tangan dan tinggal diam berkurung dirumah sebagai makhluk yang lemah yang harus dibantu dan dibelanjakan laki-laki. Banyak sekali lapangan kerja yang cocok untuk wanita, hanya saja wanita harus ingat bahwa kewanitaan itu tetap melekat pada dirinya artinya kodrat fisik dan terhadap orang lain, jika ia sadar atau tidak menjaga dirinya. (Derajat, 1978: 23)

Error 404

The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.

Go to Homepage