PATRIARKI DITENGAH KAMI

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image

Rabu, 08 Juli 2020

PATRIARKI DITENGAH KAMI




Bunda Ria, seperti itulah sekarang namaku dikenal oleh masyarakat di daerahku. Sejak adanya Paud Embun Pagi yang didirikan dari inisiatif ibu-ibu dan swadaya masyarakat, aku menjadi salah satu pengajar di paud tersebut. Paud yang dilaksanakan setiap pukul 15.00-17.00 yang 3 kali dalam seminggunya. Meskipun aku lulusan SMP dan dengan berbekalkan pengetahuan yang seadanya, aku berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak paud tersebut.

Sore itu, bersama Sarah buah hati kecilku, kutelusuri jalan tanah yang basah akibat hujan tadi pagi hingga membuat kaki berlumuran tanah. Ku sapa ibu-ibu yang sedang memetik cabai, menyiram selada, membersihkan rumput yang mengganggu pertumbuhan sayuran di sepanjang jalan menuju paud. Akhirnya kami tiba di paud, “sarah, cuci kaki dulu” kataku mengajak sarah mencuci kaki dirumah tetangga. Ku masuki ruangan yang berukuran 60 m2, beratapkan daun pandan, beralaskan tikar dan berdindingkan kayu yang hanya sebatas pinggang orang dewasa tak menyurutkan semangatku dan semangat anak-anak. Anak-anak telah menungguku untuk dapat bermain, bernyanyi, bercerita sekaligus belajar. “Assalamu ‘alaikum teman-teman” sapaku mengawali pertemuan sore ini. “Wa’alaikum salam bunda” sapa mereka. Langsung saja kuajak anak-anak bernyanyi, kuajarkan mereka nyanyian yang mengenalkan sebagian anggota badan.

“Bunda punya lagu baru. Mau dengar?” kataku

“Mau bunda, mau bunda” jawab mereka dengan suara yang kencang

“Tapi ada gerakannya, teman-teman harus ikuti bunda ya?” (dan akupun mulai menyanyikan lagu tersebut):

“Kepala, pundak, lutut kaki, lutut kaki”

“Kepala, pundak, lutut kaki, lutut kaki”

“Mata, telinga, mulut, hidung dan pipi”

“Kepala, pundak, lutut kaki, lutut kaki”       

(sambil memperagakan gerakan)

Senyum, tawa, dan keceriaan di wajah mereka membuat hati ini sangat bahagia. Raut wajah yang tanpa beban itu terkadang meringankan beban yang aku alami. Terkadang aq bertanya dalam kalbuku “kenapa saat kulihat keceriaan diwajah mereka hati ini begitu tentram? Masalah seakan menjauh untuk sejenak. Semoga keceriaan ini dapat selalu kulihat dan kurasakan”.

Seperti pada ibu-ibu umumnya, sebagai seorang istri aku juga harus melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik, mulai dari mencuci, masak, menyapu, menyetrika, juga mempersiapkan kebutuhan untuk suami dan anak-anakku. Namun saat ini pekerjaanku juga bertambah, karna selain sebagai seorang ibu rumah tangga dan salah satu pengajar di paud aku juga membantu ibu-ibu dalam memperjuangkan legalitas untuk paud Embun Pagi. Bersama ibu-ibu setempat kami belajar membuat proposal, belajar bagaimana bertemu dengan pejabat pemerintahan. Ada banyak kegiatan yang aku lakukan diluar rumah, seperti mengikuti rapat, diskusi dan kegiatan lainnya

Suatu ketika aku dan suamiku berselisih faham karena kegiatanku tersebut. Suamiku mengkhawatirkan kegiatanku diluar rumah dapat mengakibatkan pekerjaan-pekerjaan domestik menjadi terbengkalai. Suamiku yang bekerja di gudang the coca-cola company hanya mengetahui jika aku sering keluar rumah tanpa tahu apa yang selama ini aku lakukan. Dengan perlahan dan sejelas-jelanya aku coba tuk jelaskan kepada suamiku bahwa selain mengajar aku juga ikut membantu proses pendirian paud secara resmi. Aku bersyukur akhirnya suamiku dapat mengerti dengan apa yang aku lakukan, karena salama ini dia tidak melihat langsung apa yang terjadi sebenarnya. Saat itu tak banyak yang ia katakan padaku, ia hanya mengatakan “ aku paham dan mengerti dengan kegiatanmu, keinginanmu dan ibu-ibu untuk memajukan daerah ini, tapi aku harap ibu (panggilan untuk anak-anakku) bisa sesuaikan kegiatan ibu diluar dengan kegiatan dirumah. Jangan sampai rumah dan anak-anak kita terbengkalai akibat seringnya ibu diluar. Anak-anak masih sangat butuh perhatian dan kasih sayangmu. Jangan sampai mereka kehilangan sosok ibu yang selama ini mereka banggakan, yang selalu ada disaat mereka butuhkan. Selesaikanlah segala urusan yang ada di rumah, lalu silahkan ibu lakukan kegiatan untuk memajukan paud ini. Dan jika bisa rencanakanlah diskusi dengan sebaik-baiknya sehingga ibu tidak terlalu sering ada diluar rumah”. Mendengar kata-kata tersebut aku hanya bisa diam dan berkata “ trimakasih Yah, ayah sudah mengertikan kegiatan dan keinginan ibu untuk mengajar di paud, karena buat ibu megajar dipaud juga mengajarkan anak kita”.

Budaya patriarki yang selama ini melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia masih belum terlepas secara seutuhnya. Sosok laki-laki yang sebagai kepala rumah tangga menjadi senjata pamungkas untuk dapat mengekang isteri dan anak-anak sesuai keinginannya, mulai dari tidak diizinkannya sang isteri melakukan kegiatan diluar rumah, berpolitik, bersosial dengan masyarakat. Padahal tidak semua hal yang dilakukan diluar rumah merupakan hal yang negative, seperti bergosip, hura-hura dan lain sebagainya. Masih banyak kegiatan ibu-ibu diluar rumah yang bersifat positif. Mulai dari membangun kemajuan bagi daerahya sendiri baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, social, kultur, dan bahkan politik.

Error 404

The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.

Go to Homepage