Perempuan Membangun Ketahanan Pangan, Gerakkan Budaya Menanam di Tengah Pandemi

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image

Kamis, 08 Oktober 2020

Perempuan Membangun Ketahanan Pangan, Gerakkan Budaya Menanam di Tengah Pandemi


Peran perempuan membangun desa kini semakin terlihat. Di seberang Sungai Batanghari, tepatnya di Desa Pulau Raman, Kabupaten Batanghari, perempuan yang tergabung dalam dua kelompok, menanam sayuran tanpa pestisida.  Mereka juga membuat pupuk organik, yang digunakan untuk tanaman tersebut.

SUARA ketek terdengar samar dari daratan yang terletak di bibir Sungai Batanghari tersebut. Belasan perempuan berkumpul di petak kebun di Desa Pulau Raman, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari. Mereka memanen kangkung, yang mereka tanam sebulan lalu.

Itu adalah demonstrasi plot (demplot) yang difasilitasi Yayasan Beranda Perempuan. Metode penyuluhan langsung ini dilakukan untuk mendorong produktivitas dan hasil pertanian.

Ibu-ibu di Desa Pulau Raman jadi motor penggerak untuk mengembangkan pertanian di daerahnya. Terlihat wajah kebahagiaan di wajah ibu-ibu tersebut saat memanen tanaman sayuran itu.

Hari pertama panen di wilayah Hilir, hari kedua panen di wilayah hulu. Tanaman tanpa pestisida itu mereka bagi-bagi hasilnya untuk anggota kelompok. Rencananya untuk konsumsi keluarga.

Kata Direktur Beranda Perempuan, Zubaidah, kegiatan yang berlangsung selama empat bulan itu dimulai dari diskusi kampung. Mereka membahas peran perempuan dalam pengelolaan sayur tanpa pestisida.

"Di sini, kami melakukan pelatihan pembuatan pupuk alami dan pengembangan pertanian di desa," terangnya kepada Tribun di lokasi kegiatan, Rabu (30/9).

Para perempuan di desa ini dibentuk dalam dua kelompok. Hulu dan Hilir. Masing-masing kelompok dibina untuk mengembangkan pupuk alami yang hasilnya mereka uji pada tanaman yang menjadi demplot.

Selain kangkung, mereka juga mengembangkan pertanian pada bayam dan cabai. Ada sekitar 30 orang yang mengikuti kegiatan itu, dibatasi karena adanya pandemi Covid-19. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, 15 orang per kelompok.

Pendampingan Beranda Perempuan terhadap kaum hawa di Desa Pulau Raman bukan tanpa alasan. Minimnya sarana pendidikan menjadi satu di antara yang menggerakkan mereka untuk mendampingi.


Dari informasi yang diperoleh, hanya ada SD di sana. Mereka yang hendak sekolah lebih tinggi harus menyeberang ke desa tetangga untuk mengeyam pendidikan di MTs atau SMP.

Untuk sekolah di tingkat SLTA, lebih sulit lagi. Mereka harus menyeberang Sungai Batanghari dan bersekolah di Pijoan, Muarojambi. Atau, jika tidak ingin menyeberang, pilihan sekolah lain juga ada di Sengeti, Muarojambi.

lasannya, karena dua tempat itu yang paling dekat, jika tidak merantau untuk mencari pendidikan di tempat lain. Akses jalan yang sulit juga menjadi tantangan bagi mereka untuk mendapat pendidikan tinggi. Meski sudah ada di antara mereka yang bergelar sarjana, tapi itu hanya sebagian kecil. Mereka rata-rata mengenyam pendidikan hanya sampai SD atau SLTP.

Kondisi ekonomi juga menjadi penyebab sulitnya mereka mendapat pendidikan, selain fasilitas yang juga tidak memadai. Imbasnya, mereka yang putus sekolah, sebagian besar memilih menikah pada usia di bawah 19 tahun.

"Pendampingan pada perempuan petani selama ini, kami selalu beririsan dengan persoalan perkawinan usia anak dibawah 19 tahun. Situasi kemiskinan pada keluarga di desa berdampak multidimensi terhadap anak perempun. Baik putus sekolah, hingga hilangnya akses informasi terkait kesehatan reproduksi," jelas Zubaidah.

Meski begitu, peran perempuan di Desa Pulau Raman tidak bisa dipandang sebelah mata. Mayoritas mereka memilih bekerja di umo (sawah) atau ladang.

Mendongkrak pertanian di Desa Pulau Raman menjadi satu di antara cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain, kata Zubaidah, pendidikan juga yang mesti terus didorong untuk desa yang berpenduduk sekitar 1.200 jiwa itu. Hasilnya, masyarakat kini mulai bisa panen. Mereka membagi-bagikannya ke kampung. Kangkung yang mereka tanam pun lebih sehat karena, seperti yang disampaikan Zubaidah, tidak mengandung pestisida.

Sulaiman, Kepala Desa Pulau Raman mengatakan kegiatan ini menambah pengetahuan bagi ibu-ibu petani tentang membuat pupuk organik.

Bahannya sudah disediakan alam. Ia juga mendorong perempuan untuk aktif bergerak membangun desa. (Mareza Sutan AJ)

Sumber: Tribun Jambi

Error 404

The page you were looking for, could not be found. You may have typed the address incorrectly or you may have used an outdated link.

Go to Homepage